PROSES PEMBUATAN YOGURT YANG BAIK DAN BENAR
Proses Fermentasi Yoghurt
Susu
terfermentasi dapat dibuat melalui beberapa cara yaitu menambahkan
enzim-enzim untuk proses fermentasinya atau menambahkan mikrobia yang
dapat melakukan proses fermentasi susu, cara yang pertama sangat mahal
karena enzim-enzim yang harus ditambahkan jumlahnya lebih dari satu dan
harus diberikan dalam kondisi tingkat kemurnian tinggi. Oleh sebab itu
cara penambahan mikrobia yang dipilih, karena mikrobia tersebut secara
alami terdapat pada susu, kita hanya tinggal mengisolasinya menjadi
biakan murni untuk selanjutnya diperbanyak dan ditambahkan pada susu
yang difermentasi. (Septia,2010)
Yogurt dibuat dengan bantuan dua jenis bakteri menguntungkan, satu dari keluarga lactobacillus yang berbentuk batang (Lactobacillus bulgaricus) dan lainnya dari keluarga streptococcus yang berbentuk bulat (Streptococcus thermophilus).
Kedua bakteri yogurt ini merupakan bakteri penghasil asam laktat yang
penting peranannya dalam pengaturan mikroflora usus. Saat bertumbuh di
usus, Lactobacillus bulgaricus dan S. thermophilus mampu
menciptakan keadaan asam yang menghambat bakteri lain. Bakteri penyebab
penyakit yang umumnya tak tahan asam tak mampu bertahan di lingkungan
bakteri yogurt. Sementara bakteri lain yang memang seharusnya melimpah
dirangsang untuk bertumbuh. Sehingga mikroflora dalam usus didorong
mendekati keadaan seimbang yang normal. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa bakteri dalam yogurt dan susu fermentasi ulain memberi ekstra
manfaat bagi tubuh. Bakteri yogurt membutuhkan kondisi pertumbuhan yang
cocok terutama suhu yang tepat. Umumnya bakteri tumbuh baik pada keadaan
hangat. Bakteri yogurt S. thermophilus dan L. bulgaricus paling
cepat tumbuh di sekitar suhu 40– 44°C (bergantung pada galurnya). Jika
suhu terlalu rendah bakteri akan berkembang biak lambat atau tidak sama
sekali. Sementara jika suhu terlampau panas bakteri bisa rusak dan mati.
Bahaya lain, yaitu merajalelanya mikroba lain yang kondisi optimumnya
di suhu lebih tinggi atau rendah. Karena lebih cepat berkembang biak di
suhu tersebut, jumlah mikroba penyusup tadi dapat menyusul bahkan
menyisihkan bakteri yogurt semula. (Widodo,2002)
Adapun tahap – tahap pembuatan yogurt adalah seperti berikut ini (Septia, 2010):
1.
Susu segar dipanaskan sampai suhu 90 °C dan selalu diaduk supaya
proteinnya tidak mengalami koagulasi. Pada suhu tersebut dipertahankan
selama 1 jam. Apabila dilakukan pasteurisasi maka suhu pemanasannya
adalah 70 – 75 °C . Jika hal ini yang dilakukan, maka pemanasan
dilakukan sebanyak dua kali.
2.
Setelah dipanaskan, selanjutnya dilakukan pendinginan sampai suhunya
37- 45 °C. Pendinginan tersebut dilakukan dalam wadah tertutup.
3.
Setelah suhu mencapai 37-45 °C maka dilakukan inokulasi / penambahan
bakteri ke dalam susu tersebut sejumlah 50 – 60 ml/liter susu.
Penambahan bakteri dilakukan dengan teknik aseptic (di dekat api).
4. Setelah ditambah bakteri, selanjutnya diperam pada ruangan hangat (30-40 °C), dalam keadaan tertutup rapat selama 3 hari.
5.
Tahap selanjutnya adalah filtrasi. Hal ini dilakukan untuk memisahkan
bagian yang padat / gel dengan bagian yang cair. Pada waktu pemisahan
ini diusahakan dilakukan di dekat api sehingga bagian yang cair (sebagai
stater berikutnya) terhindar dari kontaminasi. Bagian yang padat inilah
yang siap dikonsumsi (yoghurt). Bagian yang cair berisi bakteri
Lactobacillus sp yang dapat digunakan untuk menginokulasi susu yang
segar.
6.
Supaya yogurt lebih lezat rasanya dapat ditambah dengan potongan buah –
buahan yang segar, cocktail, nata de coco atau dibekukan menjadi es,
dapat pula dicampur dengan berbagai buah-buahan untuk dibuat juice
(minuman segar).
Sebagian
besar senyawa alam terdegradasi oleh beberapa jenis mikroba dan bahkan
banyak senyawa buatan manusia juga diserang oleh bakteri. Terjadi dalam
lingkungan tanpa oksigen (atau kondisi untuk reaksi redoks yang cocok),
degradasi ini mengakibatkan terjadinya fermentasi.
Meskipun
banyak metode yang menggunakan bakteri untuk melakukan fermentasi
terhadap senyawa organik, tetapi pada dasarnya yang terjadi pada semua
fermentasi adalah NAD+ hampir selalu direduksi menjadi NADH.
Metabolisme
yang melibatkan oksidasi substrat, elektron dari molekul organik akan
paling sering diberikan ke NAD. (Hal ini berlaku baik dalam fermentasi
dan respirasi). Di bawah ini ditampilkan contoh pengurangan NAD
– oksidasi gliseraldehida-3-fosfat untuk 1,3 bisphosphoglycerate.
Elektron akan dihapus dari karbon dilambangkan dengan warna merah dan
disumbangkan ke NAD +.
Fermentasi
menghasilkan banyak NADH. Akumulasi NADH menyebabkan masalah pad
areaksi anaerob. NADH yang terlalu banyak akan mencegah oksidasi lebih
lanjut dari substrat karena kurangnya + NAD untuk menerima elektron.
Dalam jalur fermentasi banyak, langkah-langkah setelah produksi energi
dilakukan sebagian untuk menyingkirkan NADH tersebut. Piruvat sebagai
perantara penting Banyak reaksi yang pada akhirnya menghasilkan piruvat.
Piruvat adalah perantara yang berharga karena dapat digunakan untuk
sintesis sel dan enzim yang berbeda dapat bertindak di atasnya. Ini
memberikan fleksibilitas mikroba.
Energi
berasal dari Substrat-Tingkat Fosforilasi (SLP) Substrat diubah menjadi
senyawa terfosforilasi dan dalam reaksi selanjutnya fosfat energi
tinggi ditransfer ke ATP.
Fermentasi
dapat melibatkan setiap molekul yang dapat mengalami oksidasi. Substrat
umum termasuk gula (seperti glukosa) dan asam amino. Produk khas
tergantung pada substrat tetapi bisa termasuk asam-asam organik (asam
laktat, asam asetat), alkohol (etanol, metanol, butanol), keton (aseton)
dan gas (H2 dan CO2)
Preparasi Pembuatan Yoghurt
Selain
dibuat dari susu segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu
tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu,
tergantung kepada kekentalan produk yang diinginkan. Selain dari susu
hewani, belakangan ini yoghurt juga dapat dibuat dari campuran susu skim
dengan susu nabati (susu kacang-kacangan). Sebagai contoh, yoghurt
dapat dibuat dari kacang kedelai, yang sangat populer dengan sebutan
“soyghurt”. Yoghurt juga dapat dibuat dari santan kelapa, yaitu yang
disebut dengan “miyoghurt”.
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.
Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu)
menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih
berperan pada pembentukan citarasa yoghurt. Yoghurt yang baik mempunyai
total asam laktat sekitar 0,85-0,95%. Sedangkan derajat keasaman (pH)
yang sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah sekitar 4,5.
Langkah-langkah
dalam pembuatan yogurt dapat diterangkan dari yang paling mudah dan
sederhana hingga yang menyerupai produk komersial. Cara yang paling
sederhana untuk pembuatan yogurt, bahan yang diperlukan hanyalah susu
dan bibit yogurt, serta peralatan dapur sederhana seperti panci dan
sendok. Segala macam jenis susu dapat digunakan untuk pembuatan yogurt,
mulai dari susu sapi dan kambing, kuda dan unta, susu nabati dari
kedelai, kecipir, almond, kacang tanah, santan, dan sebagainya. Variasi
susu yang digunakan dapat berupa susu segar, susu cair dalam
botol/karton, susu krim, susu skim, atau susu bubuk yang telah dicampur
kembali dengan air. Meski demikian, sebaiknya tidak menggunakan susu
kental manis karena terlalu banyak mengandung gula. Juga perlu
diperhatikan bahwa ada produk susu cair dan bubuk yang mengandung
pengawet, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yogurt. Jenis susu
seperti demikian tidak dapat dijadikan yogurt.
Secara
prinsip cara pembuatan yogurt dari susu nabati seperti susu kedelai
sama saja seperti pembuatan yogurt lain, yaitu dengan menambahkan
sejumlah bibit yogurt pada susu. Hanya saja, karena yogurt kedelai yang
sudah jadi lebih sukar diperoleh, untuk pembuatan pertama terpaksa
digunakan bibit yogurt dari susu sapi. Yogurt kedelai sedikit lebih
encer daripada yogurt susu sapi. Pembuatan yogurt memerlukan suhu
fermentasi yang kurang lebih konstan. Karena suhu ruangan
tempat menyimpan yogurt lebih dingin (25°C) dibandingkan suhu fermentasi
yang seharusnya (40–44°C), maka susu akan menjadi dingin. Suhu konstan
dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti alat pembuat yogurt
listrik, menggunakan bola lampu dan kotak kardus atau menggunakan baskom
dan air hangat. Cara yang paling praktis adalah yang pertama, karena di
dalam alat tersebut terdapat pengukur suhu dan pemanas otomatis untuk
menjaga suhu.
Apabila
tidak ada alat pembuat yogurt, dapat digunakan cara yang kedua yaitu
menggunakan bola lampu dan kotak kardus. Tempat yang berisi susu hangat
yang telah diberi bibit yogurt dimasukkan ke dalam kotak kardus.
Kemudian digantung sebuah bola lampu 60 watt di dekat wadah untuk
menghangatkan susu. Suhu di dalam kotak kardus harus selalu diperiksa
dengan termometer. Suhu optimum harus berada sekitar 42–45°C, yaitu
1–2°C lebih tinggi dari suhu fermentasi. Jika terlalu panas atau dingin,
letak bola lampu dapat diatur (atau diganti ukuran wattnya). Jika cara
pertama dan kedua tidak memungkinkan, dapat digunakan air penghangat.
Susu hangat yang telah diberi bibit diletakkan dalam panci logam. Panci
dimasukkan ke baskom atau ember yang lebih besar. Kemudian air hangat
(42–45°C) dituangkan di sekeliling panci hingga mencapai tepian. Air
yang digunakan dijaga jangan sampai masuk ke susu. Sekitar setengah jam
sekali, air yang telah dingin dihangatkan kembali dengan menambahkan
sedikit air panas. Suhu air selalu diukur dan diatur agar berkisar
42–45°C kembali. Kegiatan ini selalu diulangi dengan jangka waktu
setengah jam kemudian hingga yogurt jadi. Penggunaan bibit serbuk
diperlukan untuk memulai (starter) jika tidak tersedia yogurt jadi.
Selanjutnya untuk beberapa kali pembuatan, dapat mengambil bibit dari
yogurt hasil sebelumnya. Saat kualitas yogurt mulai menurun barulah
kembali menggunakan bibit serbuk. Yogurt menggumpal disebabkan selain
butiran lemak dan air, susu juga terdiri dari bola-bola protein kecil
yang disebut misel. Letaknya berjarakan satu dengan yang lain. Jika
suasana susu tidak asam, bertabrakan pun misel-misel ini berpantulan dan
memisah kembali. Tapi saat susu menjadi asam oleh asam laktat dari
bakteri yogurt, misel seolah-olah lengket dan ketika bertabrakan
terbentuklah jaring-jaring yang memerangkap air. Dalam pengamatan, susu
nampak menggumpal.
Secara
umum ada dua jenis yogurt yang bisa dibuat yaitu setengah padat dan
cair. Yogurt setengah padat bentuknya seperti tahu dan tidak diaduk.
Untuk pembuatan yogurt setengah padat ini dibutuhkan susu yang kental,
yang kandungan padatannya banyak, biasanya dengan menambahkan sejumlah
susu skim padat ke dalam susu murni atau dengan membiarkan sebagian air
dari susu menguap saat dipanaskan. Sedangkan yogurt cair, bentuknya
encer dan dapat diminum karena kandungan padatan susunya lebih rendah.
Malah yogurt cair ini dapat lebih encer dibandingkan susu murni.
Perbedaan komposisi antara yogurt padat, sedang, dan encer (cair)
Sumber : Widodo (2002).
Standard Nasional indonesia Yoghurt
(SNI 2981:2009)
Sebab-sebab kegagalan pembuatan yoghurt
Kegagalan
pembuatan yogurt merupakan peristiwa yang umum terjadi. Sebab-sebab
kegagalan dan cara mengatasinya dapat dilihat pada Tabel 3.4. Apabila
masih mengalami kegagalan, maka perlu diperhatikan penggantian bahan
yang dicurigai membuat gagal (baik dari susu atau bibitnya) dengan yang
baru dari tempat atau sumber lain. Patut pula diperhatikan kebersihan.
Cara Mengatasi Yogurt yang tidak jadi
Cara Mengatasi Yogurt yang jadi tetapi memisah
Sumber :(Widodo,2002)
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Lactobacillus : Learn How to Prevent Infections. http://www.vaxa/lactobacillus.cfm. Diakses tanggal 1 Desember 2011
Anonim. 2011. Penentuan Komposisi Biopolimer sebagai Bahan Pengeenkapsul. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51162/F11adr_BAB%20IV%20Hasil%20dan%20Pembahasan.pdf?sequence=8. Diakses tanggal 30 Desember 2011
Cai H, Rodriguez BT, Zhang W, Broadbent JR, and Steele JL. 2007. Genotypic
and penotypic characterization of Lactobacillus casei strains isolated
from different ecological niches suggest frequent recombination and
niche specificity. Microbiology. Volume 153. P. 2655-2665.
Chan B, Bonilla L, and Velazquez AC. 2003. Using banana to generate lactic acid thorugh batch process fermentation. Applied Microbiology Biotechnology. Volume 63. p. 147-152
Evillya.2010.Lactobacillus casei.http://heartfoods.Wordpress.com/2011/06/23/. lactobacillus_casei Diakses tanggal 13 Desember 2011.
Krisno, A. 2011. Pemanfaatan bakteri lactobacillus casei dalam upaya menjaga kesehatan pencernaan manusia. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/pemanfaatan-bakteri-lactobacillus-casei-dalam-upaya-menjaga-kesehatan-pencernaan-manusia. diakses pada tanggal 13 Desember 2011
Septia I. 2010. Teknik pembutaan Susu Fermentasi (Yoghurt). http://itaseptia.blogspot.com/2010/05/susu-fermentasi-yoghurt.html. diakses pada tanggal 13 Desember 2011
Widodo W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Universitas Muhamadiyah. Malang. Hal.
Widodo, Suparni, Wahyuni, Endang. 2003. Bioenkapsulasi
Probiotik \ (Lactobacillus casei) dengan Pollard dan Tepung Terigu
serta Pengaruhnya terhadap Viabilitas dan Laju Pengasaman. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.sumber;https://lordbroken.wordpress.com/2012/06/18/proses-pembuatan-yogurt-yang-baik-dan-benar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar